Kamis, 20 Februari 2014

Cinta Datang Tiba-tiba

Allah mencintai hamba-Nya melebihi rasa cinta seorang ibu kepada anaknya, melebihi rasa cinta suami kepada istrinya, dan melebihi rasa cinta seekor induk burung kepada anak-anaknya. Terkadang terasa oleh kita cinta-Nya merasuk ke dalam hati dengan tiba-tiba, menggugah hati untuk merasa dan menggugah nurani dengan kelembutan tiada tara.
Sebenarnya sudah merupakan sunnatullah, bahwa sesungguhnya Allah berkuasa untuk memberikan jalan petunjuk kepada hamba-Nya dan juga berkuasa untuk memberikan jalan kesesatan kepada hamba-Nya jika hamba tersebut tetap menjauh dan ingkar kepada Allah swt.
Sungguh, merupakan fitrah manusia untuk selalu condong kepada kejujuran, kelembutan, kedermawanan, dan ketundukan kepada Rabb-nya, serta berbagai kebaikan-kebaikan lainnya. Seperti salah satu hadits berikut, Nawwas bin Sam’an berkata, Nabi saw, bersabda:
“Kebajikan adalah akhlaq yang terpuji, sedangkan dosa adalah apa yang meresahkan jiwamu serta engkau tidak suka apabila masalah itu diketahui orang lain” (HR. Muslim).
Namun, hal yang tidak boleh dipungkiri adalah bahwa manusia memiliki akal dan nafsu, dimana dengan akal tersebut Allah memberikan kebebasan kepada manusia untuk memilih antara jalan kebenaran dan jalan kebatilan dan ketika nafsu menjadi raja dan ego tak bisa dikendalikan, segala sifat fitrah manusia itu seakan sirna dan lenyap begitu saja.
Kembali kepada “Cinta yang datang tiba-tiba” ini. Salah satu kisah yang ingin saya cuplik di sini adalah kisah salah seorang sahabat nabi, Umar bin Khathab RA. Jika kita membaca Sirah Nabawiyah (Sejarah Nabi), maka kita akan menemukan episode yang menceritakan bahwa Umar bin Khathab adalah salah seorang yang menentang mati-matian dakwah Islam Nabi Muhammad saw, karena dia sangat menjunjung tinggi rasa kekeluargaan dan cinta kebudayaan tanah air. Umar sebelum masuk Islam adalah seseorang yang sangat mencintai peribadatan kepada berhala-berhala, bukan karena apa-apa, tak lain hanya karena dia melihat bahwa ini adalah sebuah tradisi turun-temurun yang harus dilestarikan oleh bangsa Arab. Oleh karena itu, ketika seorang bernama Muhammad saw datang dan mengaku nabi serta membawa sebuah ajaran baru yang meng-Esa-kan Tuhan, Umar merasa eksistensi bangsa Arab terancam.
Panggilan jiwa patriotisme yang sangat mencintai tradisi bangsanya membuat dia merasa harus melakukan sesuatu. Sesuatu yang mampu mengembalikan kepada keadaan semula, ketika bangsa Arab tidak terpecah kepercayaannya sebelum kedatangan Muhammad saw. Satu hal yang ketika itu terlintas di benaknya adalah, “Aku harus membunuh Muhammad!”
Namun, pada titik itu dia merasa gelisah, bagaimana mungkin ia bisa membunuh Muhammad saw yang notabene adalah orang yang tepercaya dan tidak memiliki track record yang buruk semasa hidupnya dan kabilahnya (suku) Muhammad saw merupakan kabilah yang cukup disegani di bangsa Arab. Jika dia membunuh Muhammad saw, justru dia akan menimbulkan peperangan lagi di bangsa Arab, antara kabilahnya dan sekutunya serta kabilah Muhammad saw dengan sekutunya pula. Hal ini malahan akan membuat suasana semakin memburuk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar